Senin, 18 April 2011

IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN

3.1. JUDUL

Identifikasi Batuan Sedimen

3.2. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
a. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen
b. Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan sedimen

3.3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No Nama Alat Kegunaan
1. Komparator batuan Sebagai bahan pembanding ukuran butir mineral
2. Lubang Preparat Untuk melihat warna batuan
3. Pensil Warna Untuk menggambar batuan yang diamati
4. Rocks and Minerals Referensi klasifikasi batuan beku
5. Mistar Sebagai alat bantu pembuatan tabel

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No Nama Bahan Kegunaan
1. Batu Pasir Sebagai bahan acara 1
2. Batu Gamping Traventin Sebagai bahan acara 2
3. Batu Gamping Terumbu Sebagai bahan acara 3
4. Batu Gamping Kapur Sebagai bahan acara 4
5. Batu Bara Lignit Sebagai bahan acara 5

3.4. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisinya:
• Warna
• Tekstur
• Struktur
• Komposisi mineral pembentuk batuan
3) Menentukan nama batuannya
4) Mengisi data pada lembar pengamatan

3.5. LANDASAN TEORI
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang telah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organism, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi dan mengalami pembatuan.
1. Warna

Beberapa ciri warna mineral yang penting dalam batuan sedimen :
 Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
 Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan dengan adanya belahan seperti lembaran-lembaran.
 Karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomite, ciri
utama mineral karbonat adalah bereaksi dengan HCL.
 Lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang
merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.

2. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitaan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses (ganesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut. Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan sedimen:
1. Tekstur Klastik : jenis tekstur batuan sedimen ini merupakan hasil rombakan material-material yang ada sebelumnya. Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen klastik adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir digunakan skala W. wentworth sebagai berikut :

Nama Batuan Ukuran Butir (mm)
Boulder (Bongkah) >256
Cobble (Brangkal) 64 – 256
Pebble (Kerakal) 4 – 64
Granule (Kerikil) 2 – 4
Sand (Pasir) 1/16 – 2
Silt (Lanau) 1/256 – 1/16
Clay(Lempung) < 1/256 Agar lebih mudah melakukan pengukuran ukuran butir, maka digunakan alat pembanding ukuran butir batuan yang disebut komparator batuan. Bentuk butir dibagi dua, yaiitu : membulat (rounded) dan meruncing (angular). Bentuk butir akan memperngaruhi penamaan batuan apabila berukuran lebih bessar dari 2 mm. 2. Tekstur non-klastik : cirri khas dari tektur non-klastik adalah adanya Kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antarbutir, dan umumnya adalah memiliki satu mineral saja (monomineralik) dan merupakan hasil aktivitas kimiawi, termasuk biokimia. Jenis Butir Ukuran Butir (mm) Kasar >5
Sedang 1 – 5
Halus <1 3. Struktur Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda. Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan sedimen lebih bergantung pada hubungan antar butir yang mengontrol dari teksturnya, antara lain dibedakan menjadi 3 macam : a. Berlapis, bila ketebalan lebih besar dari 1 cm disebut lapisan dan bila lebih kecil dari 1 cm disebut laminasi b. Berdegradasi, bila butiran dalam batuan semakin halus dari bagian atas sampai bawah c. Silang-siur, bila satu seri pelapisan saling memotong dalam tubuh batuan 4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan Mineral-mineral yang terdapat pada batuan sedimen, antara lain : kwarsa, mika, karbonat, mineral lempung. (Firdaus, 2011) Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain). Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. (Moss,1977). Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. (www.Geowacana.com) Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan c berturut-turut panjang, lebar, dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk. Kategori-kategori itu—oblate, prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut : 1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut dan sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antar-muka partikel) banyak dan tajam. 2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20), meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut. 3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar, masih terlihat jelas. 4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya; bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung dan membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat. 5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli; semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang sekarang. (www.alfonsus simalango.blogspot.com) Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu : Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer. Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan. Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen menurut Pettijohn : 1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme pengendapan. 2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan. 3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi. ( Pettijohn & Potter, 1964 ) Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal) tersusun oleh kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopikan. ( www.amonline.net)












3.6. DATA HASIL PENGAMATAN

 Nomor Peraga : 1
 Nama Batuan : Batu Pasir
 Warna : Putih
 Tekstur : Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : ( 1/16 – 2 ) mm
 Sortasi : Baik

Sumber: www. Geology.com




 Nomor Peraga : 2
 Nama Batuan : Batu Gamping Traventine
 Warna : Putih
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www.Geology.com


 Nomor Peraga : 3.1
 Nama Batuan : Batu Gamping Terumbu
 Warna : Kuning Kecoklatan
 Tekstur : Klastik
 Struktur : Silang siur
 Komposisi Mineral : Karbonat
 Ukuran Butir : Kasar
 Sortasi : Sedang
Sumber: www.geology.com

 Nomor Peraga : 3.2
 Nama Batuan : Batu Gamping Kapur
 Warna : Putih
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Masif
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www. Geology.com


 Nomor Peraga : 4
 Nama Batuan : Batu Bara lignit
 Warna : Hitam
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Karbonat
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www.Geology.com




3.7. PEMBAHASAN
Dalam acara identifikasi batuan sedimen, batuan yang berhasil di identifikasi adalah batu pasir (1), batu gamping frame(2), batu gamping terumbu (3.1), batu gamping kapur (3.2) dan batu bara lignit (4). Pada identifikasi batuan sedimen, terdapat tiga jenis batu gamping. Menurut Embry dan Klovan (1971), batuan karbonat yang merupakan induk dari batu gamping terdiri dari 9 jenis yang dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok organic dan non organik. Kelompok organic terdiri dari bafflestone, bingstone dan framestone, sementara pada kelompok anorgani, batu gamping terdiri dari mudstones, wackestones, bafflestone, dan grainstone.
Batuan yang pertama diidentifikasi adalah batu pasir. Batu pasir merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh partikel-partikel pasir yang mengalami kompaksi.batu pasir yang diidentifikasi berwarna putih. Batu pasir pada umumnya tersusun seperti lapisan-lapisan. Batu pasir juga memiliki tekstur klastik sehingga dalam pengelompokan berdasarkan ukuran butir menurut skala wentworth, butiran penyusun batu pasir berukuran (1/16 – 2) mm. Mineral utama penyusun batu pasir adalah kwarsa. Batu pasir juga memiliki sortasi yang baik.
Batu gamping traventine sangat didominasi oleh warna putih. Pada umumnya batuan ini ditemukan di dalam gua. Tekstur dari batu gamping traventine adalah non klastik. Batuan pada kelompok ini bersifat monomineralik, artinya hanya tersusun dari satu satu mineral saja. Struktur traventine adalah berlapis. Traventine didominasi oleh mineral kwarsa dengan ukuran butir penyusun batuan yang sangat halus. Distribusi ukuran butir dalam batuan (sortasi) sangat baik. Menurut www.geology.com, traventine merupakan batuan yang terbentuk dari sedimentasi kimia. Mineral utama traventine adalah kalsium karbonat (CaCO3).
Batuan yang diidentifikasi pada urutan ketiga terdiri dari dua jenis, yaitu batu gamping terumbu dan batu gamping kapur (chalkstone). Batu gamping terumbu yang diidentifikasi berwarna kuning kecoklatan. Batu gamping terumbu memiliki tekstur klastik dan berstruktur silang siur, artinya ada satu seri pelapisan pada batuan yang memotong seri pelapisan yang lain. Mineral penyusun batu gamping terumbu adalah karbonat. Batu gamping terumbu memiliki ukuran butir yang kasar. Selain itu, batu gamping terumbu memiliki sortasi yang sangat baik. Batu gamping terumbu terbentuk akibat adanya aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal.
Batu gamping kapur (chalk stone) didominasi oleh warna putih. Batuan ini bertekstur non klastik,. Struktur batuan ini adalah masif karena tidak memiliki lapisan dan lubang pada permukaannya. Chalkstone didominasi oleh mineral kwarsa. Kwarsa merupakan mineral yang brwarna putih jernis, seperti warna susu. Ukuran butir pada grainstone sangat halus yakni <1 mm, sehingga sortasinya sangat baik. Menurut www.geology.com, batu gamping kapur merupakan akumulasi dari cangkang kapur organism laut yang telah mati.
Jenis batu bara yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah batu bara lignit. Batu bara lignit berwarna hitam. Tekstur batuan ini adalah non klastik. Struktur batuan ini berlapis dengan ukuran butir yang halus. Batu bara lignit tersusun atas mineral karbonat. Menurut www.geology.com, Batu bara merupakan salah satu batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi dan pelestarian bahan tanaman. Batu bara juga merupakan salah satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam industri. Batu bara jenis lignit merupakan batu bara yang menempati peringkat terendah dengan efisiensi pembakaran (60 – 70) %.


3.8. PENUTUP
3.8.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
1) Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor.
2) Berdasaarkan teksturnya, batuan sedimen dikelompokan menjadi dua yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
3) Mineral penyusun batuan sedimen antara lain feldspar, mika, kwarsa, karbonat dan mineral lempung.

3.8.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah agar alat yang masih kurang agar segera dilengkapi sehingga praktikan tahun yang akan datang dapat melaksanakan acara identifikasi batuan sedimen dengan baik sehingga hasilnya akan maksimal. Selain itu juga, bahan praktikum haruslah diberikan batuan yang berbeda jenis sehingga dapat diidentifikasi dengan mudah.




DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2011.Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: Kendari
Http:// www.alfonsus simalango.blogspot.com/Batuan-Sedimen/html. (Diakses tanggal 13 April 2011)
Http:// www.amonline.net/Mineral-Batuan/htm. (Diakses tanggal 13 April 2011)
Http://www.geology.com/rocks/limestone.shtml (Diakses tanggal 18 April 2011).
Http://www.Geowacana.com/Batuan-Sedimentasi-2/htm. (Diakses tanggal 14 April 2011)
Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic Evolution of the Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J., Matthews, S.J. & Murphy, R.W. eds. Petroleum Geology of Southeast Asia, Special Publications .126, pp. 395-416. The Geological Society: London.
Tiercelin, J.J. 1990. Rift-basin Sedimentation: Responses to Climate, Tectonism and Volcanism. Journal of African Earth Science: Afrika Timur.










PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
ACARA III
IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN



OLEH :
NAMA : NURSAHIRUDDIN
STAMBUK : F1B1 10 012
KONSENTRASI : GEOLOGI
KELOMPOK : V (LIMA)
ANGGOTA : 1). FADIL MAFHUT (GEOLOGI)
2). MELANINGSIH (GEOFISIKA)
3). HERLANI SADIDU (GEOFISIKA)
ASISTEN : NASRUDIN


LABORATORIUM KEBUMIAN
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Klasifikasi Embry Dan Klovan (1971)










Klasifikasi Dunham (1962)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar