Senin, 18 April 2011

IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN

3.1. JUDUL

Identifikasi Batuan Sedimen

3.2. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
a. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen
b. Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan sedimen

3.3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No Nama Alat Kegunaan
1. Komparator batuan Sebagai bahan pembanding ukuran butir mineral
2. Lubang Preparat Untuk melihat warna batuan
3. Pensil Warna Untuk menggambar batuan yang diamati
4. Rocks and Minerals Referensi klasifikasi batuan beku
5. Mistar Sebagai alat bantu pembuatan tabel

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No Nama Bahan Kegunaan
1. Batu Pasir Sebagai bahan acara 1
2. Batu Gamping Traventin Sebagai bahan acara 2
3. Batu Gamping Terumbu Sebagai bahan acara 3
4. Batu Gamping Kapur Sebagai bahan acara 4
5. Batu Bara Lignit Sebagai bahan acara 5

3.4. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisinya:
• Warna
• Tekstur
• Struktur
• Komposisi mineral pembentuk batuan
3) Menentukan nama batuannya
4) Mengisi data pada lembar pengamatan

3.5. LANDASAN TEORI
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang telah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organism, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi dan mengalami pembatuan.
1. Warna

Beberapa ciri warna mineral yang penting dalam batuan sedimen :
 Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
 Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan dengan adanya belahan seperti lembaran-lembaran.
 Karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomite, ciri
utama mineral karbonat adalah bereaksi dengan HCL.
 Lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang
merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.

2. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitaan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses (ganesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut. Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan sedimen:
1. Tekstur Klastik : jenis tekstur batuan sedimen ini merupakan hasil rombakan material-material yang ada sebelumnya. Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen klastik adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir digunakan skala W. wentworth sebagai berikut :

Nama Batuan Ukuran Butir (mm)
Boulder (Bongkah) >256
Cobble (Brangkal) 64 – 256
Pebble (Kerakal) 4 – 64
Granule (Kerikil) 2 – 4
Sand (Pasir) 1/16 – 2
Silt (Lanau) 1/256 – 1/16
Clay(Lempung) < 1/256 Agar lebih mudah melakukan pengukuran ukuran butir, maka digunakan alat pembanding ukuran butir batuan yang disebut komparator batuan. Bentuk butir dibagi dua, yaiitu : membulat (rounded) dan meruncing (angular). Bentuk butir akan memperngaruhi penamaan batuan apabila berukuran lebih bessar dari 2 mm. 2. Tekstur non-klastik : cirri khas dari tektur non-klastik adalah adanya Kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antarbutir, dan umumnya adalah memiliki satu mineral saja (monomineralik) dan merupakan hasil aktivitas kimiawi, termasuk biokimia. Jenis Butir Ukuran Butir (mm) Kasar >5
Sedang 1 – 5
Halus <1 3. Struktur Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda. Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan sedimen lebih bergantung pada hubungan antar butir yang mengontrol dari teksturnya, antara lain dibedakan menjadi 3 macam : a. Berlapis, bila ketebalan lebih besar dari 1 cm disebut lapisan dan bila lebih kecil dari 1 cm disebut laminasi b. Berdegradasi, bila butiran dalam batuan semakin halus dari bagian atas sampai bawah c. Silang-siur, bila satu seri pelapisan saling memotong dalam tubuh batuan 4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan Mineral-mineral yang terdapat pada batuan sedimen, antara lain : kwarsa, mika, karbonat, mineral lempung. (Firdaus, 2011) Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain). Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. (Moss,1977). Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. (www.Geowacana.com) Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan c berturut-turut panjang, lebar, dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk. Kategori-kategori itu—oblate, prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut : 1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut dan sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antar-muka partikel) banyak dan tajam. 2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20), meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut. 3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar, masih terlihat jelas. 4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya; bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung dan membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat. 5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli; semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang sekarang. (www.alfonsus simalango.blogspot.com) Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu : Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer. Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan. Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen menurut Pettijohn : 1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme pengendapan. 2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan. 3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi. ( Pettijohn & Potter, 1964 ) Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal) tersusun oleh kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopikan. ( www.amonline.net)












3.6. DATA HASIL PENGAMATAN

 Nomor Peraga : 1
 Nama Batuan : Batu Pasir
 Warna : Putih
 Tekstur : Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : ( 1/16 – 2 ) mm
 Sortasi : Baik

Sumber: www. Geology.com




 Nomor Peraga : 2
 Nama Batuan : Batu Gamping Traventine
 Warna : Putih
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www.Geology.com


 Nomor Peraga : 3.1
 Nama Batuan : Batu Gamping Terumbu
 Warna : Kuning Kecoklatan
 Tekstur : Klastik
 Struktur : Silang siur
 Komposisi Mineral : Karbonat
 Ukuran Butir : Kasar
 Sortasi : Sedang
Sumber: www.geology.com

 Nomor Peraga : 3.2
 Nama Batuan : Batu Gamping Kapur
 Warna : Putih
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Masif
 Komposisi Mineral : Kwarsa
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www. Geology.com


 Nomor Peraga : 4
 Nama Batuan : Batu Bara lignit
 Warna : Hitam
 Tekstur : Non Klastik
 Struktur : Berlapis
 Komposisi Mineral : Karbonat
 Ukuran Butir : Halus
 Sortasi : Baik

Sumber: www.Geology.com




3.7. PEMBAHASAN
Dalam acara identifikasi batuan sedimen, batuan yang berhasil di identifikasi adalah batu pasir (1), batu gamping frame(2), batu gamping terumbu (3.1), batu gamping kapur (3.2) dan batu bara lignit (4). Pada identifikasi batuan sedimen, terdapat tiga jenis batu gamping. Menurut Embry dan Klovan (1971), batuan karbonat yang merupakan induk dari batu gamping terdiri dari 9 jenis yang dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok organic dan non organik. Kelompok organic terdiri dari bafflestone, bingstone dan framestone, sementara pada kelompok anorgani, batu gamping terdiri dari mudstones, wackestones, bafflestone, dan grainstone.
Batuan yang pertama diidentifikasi adalah batu pasir. Batu pasir merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh partikel-partikel pasir yang mengalami kompaksi.batu pasir yang diidentifikasi berwarna putih. Batu pasir pada umumnya tersusun seperti lapisan-lapisan. Batu pasir juga memiliki tekstur klastik sehingga dalam pengelompokan berdasarkan ukuran butir menurut skala wentworth, butiran penyusun batu pasir berukuran (1/16 – 2) mm. Mineral utama penyusun batu pasir adalah kwarsa. Batu pasir juga memiliki sortasi yang baik.
Batu gamping traventine sangat didominasi oleh warna putih. Pada umumnya batuan ini ditemukan di dalam gua. Tekstur dari batu gamping traventine adalah non klastik. Batuan pada kelompok ini bersifat monomineralik, artinya hanya tersusun dari satu satu mineral saja. Struktur traventine adalah berlapis. Traventine didominasi oleh mineral kwarsa dengan ukuran butir penyusun batuan yang sangat halus. Distribusi ukuran butir dalam batuan (sortasi) sangat baik. Menurut www.geology.com, traventine merupakan batuan yang terbentuk dari sedimentasi kimia. Mineral utama traventine adalah kalsium karbonat (CaCO3).
Batuan yang diidentifikasi pada urutan ketiga terdiri dari dua jenis, yaitu batu gamping terumbu dan batu gamping kapur (chalkstone). Batu gamping terumbu yang diidentifikasi berwarna kuning kecoklatan. Batu gamping terumbu memiliki tekstur klastik dan berstruktur silang siur, artinya ada satu seri pelapisan pada batuan yang memotong seri pelapisan yang lain. Mineral penyusun batu gamping terumbu adalah karbonat. Batu gamping terumbu memiliki ukuran butir yang kasar. Selain itu, batu gamping terumbu memiliki sortasi yang sangat baik. Batu gamping terumbu terbentuk akibat adanya aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal.
Batu gamping kapur (chalk stone) didominasi oleh warna putih. Batuan ini bertekstur non klastik,. Struktur batuan ini adalah masif karena tidak memiliki lapisan dan lubang pada permukaannya. Chalkstone didominasi oleh mineral kwarsa. Kwarsa merupakan mineral yang brwarna putih jernis, seperti warna susu. Ukuran butir pada grainstone sangat halus yakni <1 mm, sehingga sortasinya sangat baik. Menurut www.geology.com, batu gamping kapur merupakan akumulasi dari cangkang kapur organism laut yang telah mati.
Jenis batu bara yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah batu bara lignit. Batu bara lignit berwarna hitam. Tekstur batuan ini adalah non klastik. Struktur batuan ini berlapis dengan ukuran butir yang halus. Batu bara lignit tersusun atas mineral karbonat. Menurut www.geology.com, Batu bara merupakan salah satu batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi dan pelestarian bahan tanaman. Batu bara juga merupakan salah satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam industri. Batu bara jenis lignit merupakan batu bara yang menempati peringkat terendah dengan efisiensi pembakaran (60 – 70) %.


3.8. PENUTUP
3.8.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
1) Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor.
2) Berdasaarkan teksturnya, batuan sedimen dikelompokan menjadi dua yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
3) Mineral penyusun batuan sedimen antara lain feldspar, mika, kwarsa, karbonat dan mineral lempung.

3.8.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah agar alat yang masih kurang agar segera dilengkapi sehingga praktikan tahun yang akan datang dapat melaksanakan acara identifikasi batuan sedimen dengan baik sehingga hasilnya akan maksimal. Selain itu juga, bahan praktikum haruslah diberikan batuan yang berbeda jenis sehingga dapat diidentifikasi dengan mudah.




DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2011.Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: Kendari
Http:// www.alfonsus simalango.blogspot.com/Batuan-Sedimen/html. (Diakses tanggal 13 April 2011)
Http:// www.amonline.net/Mineral-Batuan/htm. (Diakses tanggal 13 April 2011)
Http://www.geology.com/rocks/limestone.shtml (Diakses tanggal 18 April 2011).
Http://www.Geowacana.com/Batuan-Sedimentasi-2/htm. (Diakses tanggal 14 April 2011)
Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic Evolution of the Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J., Matthews, S.J. & Murphy, R.W. eds. Petroleum Geology of Southeast Asia, Special Publications .126, pp. 395-416. The Geological Society: London.
Tiercelin, J.J. 1990. Rift-basin Sedimentation: Responses to Climate, Tectonism and Volcanism. Journal of African Earth Science: Afrika Timur.










PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
ACARA III
IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN



OLEH :
NAMA : NURSAHIRUDDIN
STAMBUK : F1B1 10 012
KONSENTRASI : GEOLOGI
KELOMPOK : V (LIMA)
ANGGOTA : 1). FADIL MAFHUT (GEOLOGI)
2). MELANINGSIH (GEOFISIKA)
3). HERLANI SADIDU (GEOFISIKA)
ASISTEN : NASRUDIN


LABORATORIUM KEBUMIAN
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Klasifikasi Embry Dan Klovan (1971)










Klasifikasi Dunham (1962)

Senin, 11 April 2011

LAPORAN BATUAN BEKU

2.1. JUDUL
Identifikasi Batuan Beku
2.2. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan praktikum acara indentifikasi batuan beku adalah sebagai berikut:
a. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan beku
b. Praktikan mampu mengklasifikasikan batuan beku
2.3. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan beku dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Alat Kegunaan

1. Komparator batuan Sebagai bahan pembanding dalam mengidenfikasi
batuan beku
2. Lubang Preparat Untuk melihat warna batuan
3. Pensil Warna Untuk menggambar batuan yang diamati
4. Rocks and Minerals Referensi klasifikasi batuan beku

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan beku dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Bahan Kegunaan
1. Gabro Sebagai bahan acara 1
2. Zeolit Sebagai bahan acara 2
3. Andesit Sebagai bahan acara 3
4. Basal Sebagai bahan acara 4

2.4. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan beku adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata.
Berdasarkan sifat-sifat fisinya:
• Warna
• Tekstur
• Struktur
• Komposisi mineral pembentuk batuan
3) Menentukan nama batuannya
4) Mengisi data pada lembar pengamatan

2.5. LANDASAN TEORI
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah: batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite. (www.vulcano.und.edu)
Batuan beku terbentuk dari pemadatan bahan batu (magma cair), baik mengalami kristalisasi maupun tanpa kristalisasi. Ada dua tipe dasar batuan beku yaitu:
1) Batuan beku intrusif (plutonik) seperti diorit, granit, gabro, dan pegmatite yaitu batuan beku yang mengeras di bawah permukaan bumi.
2) Batuan beku ekstrusif (vulkanik) seperti andesit, basalt, obsidian, batu apung, riolit dan scoria yang mengeras pada atau di atas permukaan bumi. (www.Budi Setiyarso.blogspot.com)
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, atau agregasi dari mineral-mineral , biasanya dia tidak dalam keadaan homogen dan tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi suatu batuan terlebih dahulu kita melakukan pendiskripsian batuan, yaitu: jenis batuan, warna batuan, tekstur batuan, struktur, serta komposisi-komposisi mineral yang menyusun batuan. Secara Umum jenis batuan dibagi atas 3 yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk melalui hasil pembekuan magma atau kristalisasi magma yang dipengaruhi oleh suhu. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
- Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
- Berdasarkan Senyawa Kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro, Basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-65 %. Contohnya Andesit dan Syenit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 65%. Contohnya Granit, Riolit.
Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.
- Berdasarkan Susunan Mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa. (Nesse, 2000)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik dibawah permukaan (intrusif) maupun diatas permukaan (ekstrusif). Ciri khas batuna beku adalah kenampakannya yang kritalin, yaitu memiliki unit-unit kristal yang kecil yang saling mengikat satu sama lain.
1. Warna
Warna batuan beku biasanya representasi dari mineral pembentuk batuan beku itu sendiri. Mineral-mineral tersebut dibedakan menjadi dua kelompok, yakni: berwarna cerah (bersifat asam/felsic) dan berwarna gelap (bersifatbasa/ mafic).
2. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan sususnan butir mineral penyusun batuan. Tekstur dapat dijadikan petunjuk tentang proses (ganesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut. Tekstur yang umumnya sering dijumpai pada batuan beku :
a. Feneritik
b. Afanitik
c. Porfiritik
d. Glassy
e. Fragmental
3. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda. Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan beku:
a. Masif
b. Jointing
c. Vesikular
d. Aliran
e. Amigdaloidal
4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan beku, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, olivine, piroksen. Mineral-mineral penyusun batuan metamorf, antara lain : kwarsa, mika feldspar, karbonat, mineral lempung. (Firdaus, 2011)
Nakhlites (batuan beku mars) adalah batuan beku, yang dipadatkan dari magma basaltik,walaupun komposisi magmanya yang tidak teratur. Asal beku yang disusun oleh mineralogi, kimia mineral, tekstur, dan formasi urutan mineral. Mineral kimia dan pola mineral yang ada di bumi, bulan, dan eucrite (asteroidal) adalah sama-sama memiliki basal. Keseluruhan tekstur dari nakhlites juga mirip dengan basal terestrial, seperti tekstur mesostasis . Demikian pula, mineral dalam nakhlites mengandung multifase, inklusi kaca yang identik dengan yang diidentifikasi sebagai inklusi batuan basaltik magmatik di bumi. Sehingga, batu hampir identik dengan nakhlites yang telah ditemukan di Bumi. Interpretasi awal dari nakhlites mengandalkan mineral dan kesamaan tekstur dengan batuan basaltik terestrial. Mineraloginya didominasi oleh piroksin, olivin, plagioklas, dan oksida Fe-Ti - seperti yang ditemukan pada batu basal. Tekstur keseluruhannya adalah phenocrystic atau porfiritik basal. Pada NWA817 dan MIL03346 ada pengecualian yaitu bahwa mereka mesostases sebagian besar kaca. (Sautter , 2002)

Tekstur menggambarkan sifat butir (kristal) yang membentuk batu. Batuan dianggap berbutir kasar jika kita dapat membedakan kristal dengan mata telanjang. Batuan beku berbutir halus setidaknya memiliki bagian dari matriks batuan yang memiliki kristal yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tekstur porfiritik diproduksi oleh dua tahap pendinginan yang berbeda, baik kristal besar dan kecil di batu yang sama. Pendinginan yang lambat (umumnya di bawah tanah) menghasilkan kristal besar. Pendinginan cepat (pada atau dekat permukaan Bumi) menghasilkan kristal yang lebih kecil. Dalam sebuah porfiritik, kristal adalah ukuran jelas berbeda. Kristal yang lebih kecil disebut matriks atau massa dasar. Istilah pegmatit disediakan untuk batuan beku yang memiliki kristal yang luar biasa besar. Ini adalah istilah yang digunakan untuk batuan beku namun biasanya terkait dengan granit. Pegmatites adalah unik karena mereka tidak membentuk langsung dari batuan beku lelehan namun terbentuk dari cairan yang berasal dari atau dekat tubuh batuan beku. Cairan (umumnya berair dan di bawah temperatur dan tekanan yang tinggi) memungkinkan untuk banyak kebebasan untuk migrasi ion (dibebankan atom atau molekul) ke situs kristalisasi. Hasilnya adalah pembentukan kristal besar.( Nakamura dkk, 2002)

2.6. DATA HASIL PEGAMATAN

 Nomor Peraga : 1
 Nama Batuan : Gabro
 Warna : Hitam
 Sifat Batuan : Mafic
 Tekstur : Faneritic
 Struktur : Masif
 Komposisi Mineral : Muskofit, Biotit
(Sumber: www.Geology.com)



 Nomor Peraga : 2
 Nama Batuan : Zeolit
 Warna : Abu-abu
 Sifat Batuan : Falsic
 Tekstur : Afanitic
 Struktur : Masif
 Komposisi Mineral : Plagioklas
(Sumber: www.Geology.com)



 Nomor Peraga : 3
 Nama Batuan : Andesit
 Warna : Merah Daging
 Sifat Batuan : Intermediet
 Tekstur : Afanitic
 Struktur : Jointing
 Komposisi Mineral : Ortoklas
(Sumber: www.Geology.com)



 Nomor Peraga : 4
 Nama Batuan : Basal
 Warna : Hitam
 Sifat Batuan : Mafic
 Tekstur : Afanitic
 Struktur : Masif
 Komposisi Mineral : Piroksin, Biotit
(Sumber: www.Geology.com)

2.7. PEMBAHASAN

Dalam acara identifikasi batuan beku, terdapat empat jenis batuan beku yang akan diindentifikasi. Batuan beku tersebut adalah gabro (1), zeolit (2), andesit(3) dan basal (4). Berdasarkan kandungan SiO2 –nya, batuan beku yang diidentifikasi dikelompokan menjadi dua yaitu masfic dan intermediet. Identifikasi ini didasarkan pada warna batuan yang mana batuan basal dan gabro bersifat mafic sedangkan zeolit dan andesit bersifat intermediet.
Batuan pertama yang diklasifikasikan adalah gabro. Batuan ini berwarna hitam dengan sedikit butiran-butiran kuning pada permukaannya. Menurut (www.geology.com) Gabro merupakan batuan beku pultonik yaitu batuan yang terbentuk jauh dibawa permukaan bumi. Hal ini dicirikan dengan adanya mineral-mineral yang yang relative besar pada batuan ini. Batuan ini bersifat mafic (basa) dengan kadungan silikon 45% - 52%. Sifat kimia ini juga sangat tampak dengan adanya warna batuan yang suram(gelap). Tektur batuan ini adalah faneritik. Hal ini disebabkan oleh adanya butiran mineral penyusun batuan yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Selain itu, batuan ini tidak memiliki retakan-retakan ataupun lubang-lubang gas pada permukaannya sehingga struktur keseluruhan batuan ini adalah masif. Batuan ini mengandung mineral mika. Mika itu sendiri terdiri dari dua jenis yaitu muskovit (mika yang berwarna putih) dan biotit (mika yang berwarna hitam). Pada batuan gabro, muskovit lebih dominan dibandingkan dengan biotit yang hanya merupakan fragmen pada batuan ini.
Batuan kedua yang diidentifikasikan adalah zeolit. Batuan ini berwarna abu-abu. Batuan ini bersifat felsic dengan kandungan silikon > 65 %. Kadar silikon ini sangat tampak jelas dengan adanya warna batuan yang terang. Dari segi tekstur, batuan ini digolongkan kedalam kelompok afanitik yaitu batuan dengan butiran mineral yang sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Batuan ini berbentuk pejal dengan tidak adanya retakan maupun lubang gas pada permukaan batuan. Sehingga batuan ini berstruktur masif. Komposisi mineral batuan zeolit adalah plagioklas.
Batuan ketiga yang diidentifikasi adalah andesit. Batuan ini berwarna merah daging sedangkan warna lapuk dari batuan ini adalah cokelat. Berdasarkan kandungan SIO2-nya, batuan andesit merupakan kelompok dari intermediet. Batuan andesit memiliki Silikat sekitar 57 %. Butiran mineral penyusun batuan andesit tidak dapat dilihat dengan mata (afanitik). Batuan andesit berstruktur jointing dengan retakan - retakan pada permukaannya. Mineral utama penyusun batuan andesit ini adalah ortoklas. Ortoklas merupakan merupakan minera feldspar yang berwarna merah daging dengan bidang belahan yang tegak lurus atau 90o .
Batuan terakhir yang dilakukan identifikasi pada acara identifikasi batuan beku adalah Batu Basal. Menurut (www.vulcano.und.edu), batu basal merupakan batuan beku vulkanik yaitu batuan beku yang terbentuk diatas permukaan bumi melalui proses pendinginan yang sangat cepat. Hal ini menyebabkan Kristal batu basal lebih kecil. Batuan ini bersifat mafic atau basa. Hal ini direpsentasikan dengan adanya warna batuan yang gelap. Butiran mineral penyusun batuan ini tidak dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran butiran yang relatif seragam. Batu basal pada umumnya berbentuk masif (pejal tanpa retakan dan lubang udara). Batuan ini terbentuk dari dua mineral yaitu piroksin dan biotit.

2.8. PENUTUP

2.8.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari acara identifikasi batuan beku adalah sebagai berikut:
1) Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di atas permukaan bumi maupun dibawah permukaan bumi.
2) Batuan beku dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tempat terbentuk
 Batuan beku intrusif
 Batuan beku ekstrusif
b. Komposisi kimia
 Batuan beku asam (Felsic)
 Batuan beku intermediet
 Batuan beku basa (Mafic)
 Batuan beku ultra basa
c. Tekstur
 Faneritik
 Afanitik
 Porfiritik
 Glassy
 Fragmental
d. Struktur
 Masif
 Jointing
 Vesikular
 Aliran
 Amigdaloidal
2.8.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum identifikasi batuan buku adalah agar alat yang masih kurang agar segera dilengkapi sehingga praktikan tahun yang akan datang dapat melaksanakan acara identifikasi batuan beku dengan baik sehingga hasilnya akan maksimal.





















DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, 2011, Modul Praktikum Geologi Dasar, Universitas Haluoleo: Kendari
Http://www.Budi Setiyarso.blogspot.com/Batuan 1.htm.(diakses tanggal 9 April 2011)
Http://www.geology.com/igneous rock.htm (diases tanggal 8 April 2011)
Http://www.vulcano.und.edu/Batuan Beku.htm.(diakses tanggal 9 April 2011)
Nakamura, N., Yamakawa, A., Yamashita, K., Kobayashi, T., Imae, N., Misawa, K., Kojima, H., 2002, REE abundances and Rb–Sr age of a new Antarctic nakhlite Yamato 000593 (abstract), Antarctic Meteorites: Tokyo
Nesse, W.D., 2000. Introduction to Mineralogy. Oxford University Press: New York
Sautter, V., Barrat, J.A., Jambon, A., Lorand, J.P., Gillet, Ph., Javoy, M., Joron, J.L., Lesourd, M, 2002, A new Martian meteorite from Morocco: the nakhlite North West Africa 817. Earth Planet: Afrika Barat













PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
ACARA II
IDENTIFIKASI BATUAN BEKU





OLEH :
NAMA : NURSAHIRUDDIN
STAMBUK : F1B1 10 012
KONSENTRASI : GEOLOGI
KELOMPOK : V (LIMA)
ANGGOTA : 1). FADIL MAFHUT (GEOLOGI)
2). MELANINGSIH (GEOFISIKA)
3). HERLANI SADIDU (GEOFISIKA)
ASISTEN : NASRUDIN



LABORATORIUM KEBUMIAN
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011